Pria dianggap lebih sering berselingkuh daripada perempuan, dan hanya wanita lajang saja yang suka mengejar pria yang sudah berpasangan.
Tapi di masa sekarang ini dimana wanita telah memiliki pergaulan yang luas dan terjadi pergeseran nilai yang membuat perempuan tidak lagi terkekang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dalam sebuah hubungan, telah membuat wanita
menjadi lebih banyak punya kesempatan untuk melakukan hal yang sama dengan pria, termasuk dalam perselingkuhan.
Tak kurang dari 25% para istri itu tidak setia kepada suaminya. Mereka yang mengaku pernah melakukan perselingkuhan itu bahkan sepertiganya mengaku juga pernah melakukan one-night stand.
Lalu sekitar 64% dari para istri ini melakukan perselingkuhan didalam pernikahannya sebelum mempunyai anak. Dan, setelah melahirkan anak pun tetap melakukannya saat anak-anak mereka masih berusia balita. Selanjutnya, kegiatan berselingkuh itu akan menurun drastis pada saat anak-anaknya mulai beranjak dewasa.
Pasangan yang dipilih oleh para isteri yang berselingkuh ini beragam. Sekitar 37% dari mereka memilih mantan pacarnya, 31% memilih pria yang baru dikenalnya, 12% memilih teman dekatnya di masa kanak-kanak, 5% memilih berselingkuh dengan
teman suaminya, dan 2,5% memilih sobat dari temannya.
Sekitar 43% dari mereka itu menceritakan perselingkuhannya tersebut kepada sahabat terdekatnya, 25% menceritakannya kepada setidaknya satu orang temannya, 15% menceritakan kepada lebih banyak teman-temannya. Bahkan 6% dari mereka itu menceritakan hal tersebut kepada anggota keluarganya.
“Perempuan senang bercerita dan berbagi. Mereka menyukai drama dari opera sabun, dan mereka percaya teman terbaik tak akan membocorkan rahasia tersebut”, kata Phillip Hodson dari British Association of Counselling and Psychotherapy.
Kecenderungan berselingkuh erat kaitannya dengan hormon seks yang disebut dengan nama oestradiol. Hormon ini mempunyai kaitan erat dengan kesuburan dan tingkat daya tarik dalam meraih pasangan. Perempuan dengan tingkat oestradiol yang tinggi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terlibat perselingkuhan.
Tak hanya soal kecenderungan berselingkuh, perempuan dengan tingkat hormon oestradiol yang tinggi ini jika mempunyai kesempatan dan peluang juga mempunyai kemungkinan besar untuk melepas hubungan yang ada demi untuk mendapatkan
pasangan yang lebih baik dari yang sudah didapatkannya sekarang ini.
Lebih menariknya lagi, seperti yang dikutip dari femalekompas.com disebutkan bahwa telah diketemukan sebuah gen yang berhubungan erat dengan perilaku berselingkuh. Gen tersebut disebut dengan nama gen DRD4. Mereka yang memiliki varian tertentu dari gen DRD4 ini cenderung tidak setia pada pasangannya hingga dua kali lipat daripada mereka yang tidak memilikinya.
Para peneliti juga menemukan bahwa gen DRD4 ini membuat orang menjadi memiliki pandangan lebih liberal yang tidak konvensional, sehingga mendorongnya untuk mencari sesuatu yang baru. Hasilnya mereka menjadi cenderung lebih memiliki
kemungkinan melakukan perselingkuhan, termasuk one night stand.
Gen DRD4 ini memengaruhi kadar dopamin pada otak yang jika ada unsur penghargaan dan variabel motivasi maka kasus seks yang tidak terikat dengan risiko tinggi akan dapat ditempuhnya.
Hal itu mungkin menyerupai dengan dorongan kimiawi yang terjadi di kalangan pecandu penjudi saat mereka memenangkan taruhan. Atau menyerupai yang terjadi pada para alkoholik saat menerima tawaran minuman beralkohol tinggi. Dalam kata lain, dengan diketemukannya gen itu maka boleh dibilang bahwa perilaku berselingkuh itu ternyata ada juga kaitannya dengan soal keturunan.
Lalu adakah perbedaan antara kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suami (pria) dengan yang dilakukan oleh istri (wanita) itu ?.
Merupakan kenyataan bahwasanya pria itu lebih sulit memaklumi dan memaafkan ketidaksetiaan pasangannya, dibandingkan dengan wanita yang lebih mudah memaklumi dan memaafkan ketidaksetiaan pasangannya.
Wanita biasanya lebih mudah memaklumi dan memaafkannya, sebab peristiwa itu biasanya akan dilihatnya dari sisi relasi koneksi perasaan dan emosional yang terjadi dalam perselingkuhannya itu. Dalam arti seberapa mencintai suaminya itu kepada selingkuhannya.
Rasa terhina itu lantaran peristiwa perselingkuhan pasangannya itu biasanya akan dilihat dari sisi aspek seksualnya. Dalam arti seberapa intens dan mendalamnya relasi seksual yang terjadi antara istrinya dengan selingkuhannya itu.
Padahal dalam perselingkuhan itu tidak selalu melibatkan relasi koneksi perasaan dan emosional yang mendalam. Tetapi hampir semua peristiwa perselingkuhan yang melibatkan pasangan yang sudah menikah itu selalu terjadi kontak seksual yang sangat bisa jadi intens dan mendalam.
Suatu survei yang pernah dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia di beberapa kota besar menunjukkan data hasil bahwa mayoritas wanita sudah menikah yang berselingkuh adalah mereka yang bekerja dengan alasan
lebih bersifat emosional, seperti cinta dan perhatian.
Sedangkan pria sudah menikah melakukan perselingkuhan itu mayoritas karena alasan petualangan seksual yang ingin sering melakukan hubungan seksual dan mendapatkan pelayanan seksual yang lebih baik dalam rangka mengatasi kebosanan dengan pasangannya di rumah.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Charles Orlando, penulis buku ‘The Problem with Women… is Men’, mengungkapkan bahwa kebanyakan perempuan berselingkuh karena alasan emosional, adapun pria mengaku berselingkuh untuk kepuasan fisik
atau seksual semata, tanpa melibatkan emosi.
Disamping survei-survei itu, ginekolog dan konsultan seks -Boyke Dian Nugraha- pada seminar juga pernah memaparkan data bahwa 26% -30% kasus perselingkuhan itu disebabkan oleh kehidupan seksual yang tidak memuaskan
nice blog....
BalasHapusvisit me ya....
click here